Rapat Koordinasi Membangun Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana


 2021-03-25 |  pusdalops

Dalam rangka membangun kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, BPBD Propinsi Jawa Timur melalui bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan melaksanakan kegiatan rapat koordinasi bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan pada Rabu (24/3/2021) hingga Kamis (25/3/2021) di hotel Bukit Daun, Kediri.

Rapat koordinasi tersebut diikuti oleh Kepala Pelaksana bersama dengan Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan serta satu Kepala Seksi Pencegahan atau Kesiapsiagaan ataupun staf yang membidangi pada tiap BPBD Kota/Kabupaten se-Jawa Timur. Terdapat 38 BPBD Kota/Kabupaten se-Jawa Timur yang turut serta dalam rapat koordinasi tersebut. BPBD Kabupaten Nganjuk dalam rapat koordinasi tersebut diwakili oleh Nafhan Tohawi, S.H., M.H. selaku plh Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Nganjuk, Drs. Nugroho selaku Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan, serta Bayu Pramono Adri, S.Sos., M.Si. selaku Kepala Seksi Pencegahan.

Tiap BPBD Kota/Kabupaten yang mengikuti rapat koordinasi tersebut diharuskan membawa data sebagai inventarisasi berupa kondisi eksisting untuk Desa/Kelurahan Tangguh Bencana (Destana), Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB), Early Warning System (EWS), dan Desa/Kelurahan rawan bencana. Data-data tersebut dicek oleh para fasilitator guna mengetahui ketersediaan ada tidaknya data tersebut pada tiap Kota/Kabupaten. Selain itu, dilakukan juga pendataan kebutuhan Destana, SPAB, EWS, rambu evakuasi, papan informasi atau himbauan, serta rencana kontijensi (Renkon). Disampaikan oleh Nugroho, Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Nganjuk, bahwa Kabupaten Nganjuk untuk saat ini belum memiliki renkon, masih pada tahap penyusunan dokumen renkon yang disesuaikan dengan ancaman tertinggi pada tahun 2021, yaitu ancaman banjir, dan renkon tersebut sudah dianggarkan ditahun 2021.

Dalam rapat koordinasi tersebut, disampaikan paparan dari Pusat Penelitian dan Pelatihan Indonesia Tangguh (PUSPPITA), Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Institut Teknologi Sepuluh November (ITS), Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), serta dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Jawa Timur. Berdasarkan hasil paparan dari BMKG, bahwa wilayah Jawa Timur memasuki periode peralihan musim, sehingga diperlukan kewaspadaan adanya potensi cuaca ekstrim. Selain itu, bahwa fenomena La Nina sedang mengintai Indonesia yang menyebabkan adanya potensi curah hujan kategori menengah hingga tinggi, sehingga pada bulan April perlu dimanfaatkan untuk mengisi waduk, bendungan, dan embung sebagai cadangan air untuk mengantisipasi datangnya musim kemarau. Di dalam paparan tersebut juga disampaikan, bahwa gempa bumi belum bisa diprediksi secara pasti kapan akan terjadi dan berapa kekuatannya, namun potensi gempa bumi dan tsunami di Jawa Timur masih tetap ada. (tan)